Tentang Matahari Terbenam Pada Diriku
Aku kan item, aku kan gendut, aku kan jerawatan, aku kan keriting, bokongnya "tepos", dadanya "terepes", aku kan udah ga virgin, aku kan udah berkepala 3, aku kan aku kan aku kan..mana ada yang mau sama aku?
Ada nggak kata-kata yang lebih jahat dari semua itu?Mengerikan sekali ya, kata-kata seperti itu keluar dari pikiran kita sendiri dan ditujukan untuk kita sendiri.
Yuk ganti baju kalian, pakai pakaian ternyaman yang kalian punya, lepaskan alas kaki kalian dan ikut aku, akan aku ajak kalian ke tepi sawah menikmati matahari terbenam.
Jujur ya, aku pun pernah berpikiran yang sama seperti kalian, tapi tiap aku lihat matahari terbenam, yang menurutku sangat indah, ada hal yang bisa aku petik dari peristiwa alam itu.
Jika cara memandang kita, senja itu berarti akan datangnya gelap, dan gelap berarti sesuatu yang sendu, maka tidaklah kita dapat melihat sisi keindahan dari datangnya senja. Atau jika cara berpikir kita adalah bahwa matahari terbenam berarti malam akan menjelang, usaha hari ini akan berakhir, kesempatan hari ini pun terlewati, maka rasanya tidak ada harapan sedikitpun saat senja datang.
Keindahan datang dari cara kita memandang, cara kita menilai, dan cara kita berpikir. Keindahan bukan semata-mata dari ukuran-ukuran serta pendapat-pendapat yang sudah ditetapkan oleh orang-orang di sekitar kita dan bukan juga dari hal-hal yang hanya sekedar dapat dinikmati oleh mata saja.
Cara terbaik untuk melihat keindahan dari diri kita adalah "mencintai aku" atau dengan kata lain mencintai diri kita sendiri, menerima segala keadaan dalam diri kita dengan cara berbeda dengan cara yang positif.
Dengan mencintai diri sendiri, orang di sekitar kita pun dapat melihat keindahan dari diri kita dengan cara yang berbeda juga. Setuju?