When Silent Is (No Longer) Gold
For too long, women have not been heard or believed if they dared to speak their truth to the power of those men. But their time is up. Their time is up. Their time is up. -Oprah Winfrey’s Golden Globes Speech 2018-
Ungkapan “diam adalah emas” bukan hal yang selalu bisa diterapkan dalam segala kondisi. Ada kalanya menjadi diam adalah karena kita tidak ingin menyuarakan apapun. Diam bahkan bisa menunjukkan bahwa kita tidak ingin ikut mengomentari sesuatu. Namun lebih dari itu, apa itu diam bagi korban kekerasan? Di situasi tertentu, diam bisa jadi membawa kita kepada hal yang tak kita inginkan dan berdampak panjang bagi masa depan. Bayangkan ketika kita berada di situasi yang cukup membahayakan dan mengancam keselamatan diri. Menjadi diam dapat memperparah keadaan tersebut.
Seorang professor di Amerika Serikat, Diana Crowley Jack, merupakan seorang teoritikus psikoantropologi yang meneliti tentang self-silencing. Penelitiannya ini mengungkapkan bahwasannya seseorang yang tidak berani mengatakan apa yang ia rasakan terhadap pasangannya agar dapat menghindari konflik dalam hubungan cenderung mengalami depresi. Hal ini sangat dekat dengan seseorang yang hanya diam dan selalu menelan kepahitan dalam hubungan yang tak sehat. Tekanan batin dan gangguan jiwa akan selalu membayangi.
Apa yang dikatakan Profesor Jack di atas menunjukkan betapa diam tidak selalu menjadi solusi dan cara yang tepat untuk menghadapi kekerasan dalam pacaran. Diam nyatanya dapat berpotensi membentuk emosi negatif yang terus masuk ke dalam relung hati terdalam sehingga sewaktu-waktu dapat meledak dengan cara yang tak terduga.
Ketika saya menjadi relawan di Help Nona, saya menemukan banyak teman-teman yang berusaha untuk lepas dari lingkaran setan kekerasan dalam pacaran. Salah satu yang membuat mereka sulit untuk keluar adalah keyakinan bahwa dengan diam, maka masalah dengan pasangannya tidak akan semakin berlarut. Padahal, justru itulah yang menjadi awal terciptanya hubungan yang tidak sehat dan berpotensi mengganggu kesehatan secara fisik dan mental.
Betul, diam dapat menjadi sebuah pilihan, tapi semua orang juga memiliki pilihan dan kesempatan untuk berbahagia. Jika dengan menjadi diam membuat kondisi jiwa semakin luruh, maka diam bukanlah bahagia. Saya pikir, itulah mengapa diam tak selalu emas.
Betul, diam dapat menjadi sebuah pilihan, tapi semua orang juga memiliki pilihan dan kesempatan untuk berbahagia. Jika dengan menjadi diam membuat kondisi jiwa semakin luruh, maka diam bukanlah bahagia. Saya pikir, itulah mengapa diam tak selalu emas.
And it’s here with every woman who chooses to say, “Me too.” And every man — every man — who chooses to listen. -Oprah Winfrey’s Golden Globes Speech 2018 -
Credit to: Olphi Disya Arinda ( Relawan AskNona )